About Me
- Story of Japar
- takalar, takalar/sul-sel, Indonesia
- saya hanyalah seorang manusia biasa yang jauh dari kesempurnaan,saya membutuhkan orang lain untuk menutupi ketidaksempurnaan yang saya miliki.
Lencana Facebook
Japaruddin
@daengjapar
Formulir Kontak
Blogger news
3/Business/post-per-tag
Popular Posts
-
KUPANG, KOMPAS.com -- Nusa Tenggara Timur butuh lembaga pengelola pendidikan anak-anak autis yang profesional. Ada beberapa pendidikan aut...
-
www.ceritaputrabungsu.blogspot.com Download MP3 Download MP4 Download M4A
-
Ini kisah berawal saat aku pulang dari KKP bersama teman-temanku sore itu kami berempat menunggu mobil untuk pulang ke rumah dibawa...
-
Sebulan sudah kita lewati bulan puasa Yang penuh arti didalam dunia Menghadapi segala cobaan Dan rintangan dalam puasa ...
-
Kadang aku berfikir Pantaskah aku dijadikan teman? Dan kadang aku berkata Layakkah aku dijadikan sahabat? Ada yang me...
-
Aku seperti kilauan mutiara Yang bersinar disaat dia bersamaku Dialah yang membuatku lupa cara untuk meneteskan air mata Menga...
Pages
Download
Blogger Tricks
3/Sports/post-per-tag
Blogger templates
3/Photography/post-per-tag
Recent Posts
Temukan kami di Facebook
Popular Posts
Rabu, 13 Juni 2012
Butuh Pendidikan Autis yang Profesional
KUPANG, KOMPAS.com -- Nusa Tenggara Timur butuh
lembaga pengelola pendidikan anak-anak autis yang profesional. Ada
beberapa pendidikan autis yang tersebar di beberapa kabupaten/kota
tetapi hanya nama saja. Tidak ada guru khusus autis dengan
pengalaman, pendidikan, kesabaran dan keterampilan mengajar yang baik.
Guru autis yang ada hanya lulusan SMA tanpa ada pendidikan keterampilan khusus anak autis. Anak-anak cenderung dibiarkan terlantar sendirian di sekolah atau pusat terapi autis. Meski sudah 4-6 tahun anak-anak itu berada di dalam lembaga pendidikan autis tetapi anak-anak berkebutuhan khusus itu tidak mendapat pendidikan dan terapi.
Direktur Yayasan Peduli Sesama NTT Isidorus Udak mengatakan, pemerintah seharusnya mulai memikirkan jurusan di FKIP khusus untuk menangani anak-anak autis. "Sudah terlalu banyak anak menderita autis, dan dibiarkan terlantar di rumah atau di yayasan tertentu. Sebagian dari mereka sudah remaja dan berkeliaran di jalan-jalan dengan kondisi fisik dan kesehatan yang memprihatinkan," kata Udak, Rabu (13/6/2012) di Kupang.
Guru-guru di sekolah formal pun diberi kesempatan mengikuti pendidikan atau khursus singkat guna menangani anak anak autis di sekolah. Sudah cukup banyak anak autis disekolahkan orangtuanya di sekolah formal, tetapi penanganan teradap anak-anak ini cenderung disamakan dengan anak-anak normal lain.
"Mereka tidak didampingi guru khusus, dan semua yang dilakukan anak normal wajib dilakukan anak autis juga. Padahal, hal mendasar bagi anak autis adalah sosialisasi diri, kematangan emosional, kesadaran belajar, dan kemandirian," tutur Udak.
Kini, ada sekitar 1.200 anak autis tersebar di 21 kabupaten/kota di NTT dan tidak ditangani. Belum termasuk kategori down sindrom, cacat, dan kelainan lainnya.
"Orangtua anak autis pun perlu mendapat pengarahan. Mereka jangan dibiarkan berjuang sendirian bagaimana mengatasi anak anak autis," kata Udak.
Guru autis yang ada hanya lulusan SMA tanpa ada pendidikan keterampilan khusus anak autis. Anak-anak cenderung dibiarkan terlantar sendirian di sekolah atau pusat terapi autis. Meski sudah 4-6 tahun anak-anak itu berada di dalam lembaga pendidikan autis tetapi anak-anak berkebutuhan khusus itu tidak mendapat pendidikan dan terapi.
Direktur Yayasan Peduli Sesama NTT Isidorus Udak mengatakan, pemerintah seharusnya mulai memikirkan jurusan di FKIP khusus untuk menangani anak-anak autis. "Sudah terlalu banyak anak menderita autis, dan dibiarkan terlantar di rumah atau di yayasan tertentu. Sebagian dari mereka sudah remaja dan berkeliaran di jalan-jalan dengan kondisi fisik dan kesehatan yang memprihatinkan," kata Udak, Rabu (13/6/2012) di Kupang.
Guru-guru di sekolah formal pun diberi kesempatan mengikuti pendidikan atau khursus singkat guna menangani anak anak autis di sekolah. Sudah cukup banyak anak autis disekolahkan orangtuanya di sekolah formal, tetapi penanganan teradap anak-anak ini cenderung disamakan dengan anak-anak normal lain.
"Mereka tidak didampingi guru khusus, dan semua yang dilakukan anak normal wajib dilakukan anak autis juga. Padahal, hal mendasar bagi anak autis adalah sosialisasi diri, kematangan emosional, kesadaran belajar, dan kemandirian," tutur Udak.
Kini, ada sekitar 1.200 anak autis tersebar di 21 kabupaten/kota di NTT dan tidak ditangani. Belum termasuk kategori down sindrom, cacat, dan kelainan lainnya.
"Orangtua anak autis pun perlu mendapat pengarahan. Mereka jangan dibiarkan berjuang sendirian bagaimana mengatasi anak anak autis," kata Udak.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Followers
Category
Blog Archive
-
▼
2012
(89)
-
▼
Juni
(33)
- A I K (Agama Islam Kemuhammadiyahan)
- S I M
- PROPOSAL
- Sudah Cukup Sudah
- TIDAK SALAH TEMPAT REFRESHING (REFRESHING PUNTOND...
- ANTIK – MEMUTAR WAKTU
- Best Friend Forever – Cherry Belle
- Cherry Belle – Brand New Day
- Vanessa Carlton - We're in Heaven
- Me and Friends In Puntondo Takalar City
- SALAH TEMPAT REFRESHING MENJADI SATU CERITA
- Luka
- Ku Punya Perasaan
- Janji Palsu Profesionalisme Sepak Bola
- Foto dulu Q
- Tentang Persahabatan
- My Friends
- KETIKA MENEMUKAN HAL TERPENTING
- 5 Cara untuk Mengambil Hati Mertua
- Saya dan Teman"Q
- 10 Kota Paling Dibenci, Jakarta Nomor Tujuh
- Video Asusila Muda-Mudi Resahkan Warga Malang
- Butuh Pendidikan Autis yang Profesional
- DIBALIK CERITA SAHABAT
- temanQ
- Yang Tlah Jauh
- Ku tak peduli
- Pecinta Film Bentuk Sahabat Sinematek
- Nazaruddin: Dutasari Citralaras Atur "Fee" Hambalang
- Jangan Lewatkan Nonton Bareng Transit Venus
- Ribuan Ubur-ubur Serang Nelayan Bulukumba
- MERINDUKAN MALAM DIKALA SIANG
- INFO UNISMUH MAKASSAR
-
▼
Juni
(33)
0 Comments:
Posting Komentar